Banten

Semangat Badut Jalanan Demi Bertahan Hidup di Ibukota Provinsi Banten

Oleh Ukat Saukatudin

Badut-badut di jalanan
Tumbuh di persimpangan
Hidup terjerat dilema
Kerasnya kehidupan
Masih mampu kau tertawa sambil menari
Walau hatimu uh terasa perih
Masih kau bawakan dongeng-dongeng jenaka
Walau jiwamu penuh luka, terluka

Sepenggal lirik lagu Badut-Badut Jakarta milik God Bless, grup rock asal Indonesia itu terasa relevan dengan maraknya orang berkostum badut mengais rupiah di jalanan.

Hampir di seluruh titik persimpangan lampu merah di Kota Serang tampak sejumlah orang yang mengenakan topeng lucu dan baju warna-warni layaknya karakter kartun yang banyak disukai anak-anak.

Tak hanya berada di lampu merah, terkadang sebagian dari badut-badut itu lebih memilih untuk berkeliling ke kampung-kampung menyusuri gang sempit demi sekeping rupiah. Satu persatu rumah, warung, maupun taman mereka datangi dengan sejuta harapan ada yang memberikan koin berharga.

Mereka melambaikan tangan dan menari dengan iringan musik yang berasal dari pengeras suara yang digantungkan di pundaknya dan berjalan puluhan kilometer setiap harinya. Demikian cara mereka mengais rezeki. Salah satunya Ari warga Bandung yang saat ini mengontrak di Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota Serang. Dia mengaku baru satu bulan menjadi seorang badut di wilayah perkotaan Kota Serang.

“Keliling aja gak di lampu merah. Ke rumah makan, warung, rumah warga. Soalnya kalau di lampu merah gak boleh resikonya tinggi,” kata Ari saat ditemui di Jalan Raya Serang-Pandeglang Kota Serang, Kamis, (19/09/2024).

Sebelum akhirnya memutuskan menjadi badut jalanan, pria berusia 40 tahun itu merupakan pekerja kontruksi. Namun, sepinya proyek membuat ia harus banting stir menjadi badut jalanan.

“Keliling aja mulai pukul 11.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB,” katanya.

Lihat juga Ramai Anggota DPRD Kota Serang Gadaikan SK untuk Pinjaman ke Bank

Ari merasa gerah mengenakan kostum badut sepanjang, namun ia tak punya pilihan lain untuk mendapatkan rupiah karena hanya menjadi badutlah yang bisa ia lakoni. Bermodalkan kostum Jerry berwarna kuning yang disewa seharga Rp25.000 setiap harinya ia terus berkeliling untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah dari menjadi badut jalanan.

“Sehari gak nentu penghasilannya sekitar Rp170 ribu rata-rata seharinya,” sebutnya.

Selama membadut, Ari mengaku belum pernah sekalipun mendapatkan perhatian dari dinas sosial (Dinsos). Entah mendapatkan pembinaan keterampilan maupun mendapatkan bantuan lainnya. Usai membadut Ari selalu pulang ke kontrakannya. Berapa pun penghasilan yang didapat membuatnya bersyukur untuk bangun di hari esok.

Di lokasi yang berbeda, seorang lelaki tua renta nampak sedang beristirahat di sebuah warung yang berada di dekat lampu merah perempatan Cipocok Jaya. Hamdi (93) warga Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak yang saat ini tinggal di Kota Serang di usia renta nya tak menyerah mencari rezeki dengan menjadi badut, meski harus menghadapi risiko berbahaya dengan keramaian kendaraan yang lalu lalang. Serta dibayangi rasa khawatir ada razia petugas yang menjaring pencari rupiah di jalanan seperti dirinya.

“Tiap hari disini, alhamdulillah gaada yang usil,” katanya.

Saat di lampu merah, Hamdi mengenakan kostum karakter kartun Doraemon yang ia beli seharga Rp800 ribu hasil jerih payahnya menabung sekitar 5 bulan lamanya. Sebelumnya ia merupakan pencari barang bekas sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi badut jalanan.

“Libur cuma hari Selasa, soalnya kalau tiap hari capek. Saya tinggal di Kota Serang sendiri mengontrak. Kalah keluarga ada di Malingping,” sebutnya.

Setahun sudah Hamdi bekerja sebagai badut jalanan di pusat Ibukota Provinsi Banten. Mengenakan kostum yang membuatnya banjir keringat karena teriknya matahari. Selama menjadi badut, ia belum pernah mendapatkan perhatian dari Dinsos entah untuk mendapatkan pembinaan keterampilan agar tak lagi menjadi badut maupun hanya sekedar di data.

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button
Home
Search
Daftar
Laporkan
Stats