Survei Bank Indonesia : Penyaluran Kredit Baru 2025 Terindikasi Tumbuh Positif

JAKARTA – Survei perbankan Bank Indonesia (BI) menunjukan indikasi penyaluran kredit baru pada triwulan I 2025 akan tetap tumbuh positif, meski lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2024.
Dalam siaran pers hasil surveinya, BI menyebut, indikasi itu tecermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru triwulan I 2025 sebesar 55,07%. Pertumbuhan penyaluran kredit baru tersebut didorong seluruh jenis kredit. “Selanjutnya, pada triwulan II 2025, penyaluran kredit baru diprakirakan meningkat dengan SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 81,99%,” demikian dalam siaran pers yang diunggah di situs BI, Senin (28/04/2025).
Dikatakan, standar penyaluran kredit pada triwulan I 2025 diindikasikan lebih longgar dibandingkan triwulan IV 2024, tecermin dari Indeks Lending Standard (ILS) negatif sebesar 1,32. Diindikasikan lebih longgar, antara lain pada aspek agunan. Pelonggaran standar penyaluran kredit diprakirakan berlanjut pada triwulan II 2025, dengan ILS negatif sebesar 1,39. Aspek yang juga diprakirakan lebih longgar, antara lain berasal dari suku bunga kredit dan persyaratan administrasi.
Lihat juga Bank Indonesia : Pembiayaan Korporasi Tumbuh Positif
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit baru pada seluruh jenis kredit terindikasi tetap tumbuh, yakni pada kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi dengan SBT masing-masing sebesar 60,35%, 35,62%, dan 59,25%, lebih rendah dibandingkan SBT pada triwulan IV 2024 masing-masing sebesar 91,70%, 88,50%, dan 62,90% (Grafik 2). Kredit konsumsi yang termoderasi bersumber dari perlambatan permintaan Kartu Kredit (SBT 64,75%), Multiguna (SBT 27,07%), dan Kredit Tanpa Agunan (SBT 43,23%), serta penurunan Kredit Kendaraan Bermotor (SBT -13,72%), sedangkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) mengalami peningkatan dengan SBT 79,46%.
Survei juga menugnkap, secara sektoral, penyaluran kredit baru tetap tumbuh pada mayoritas sektor, dengan SBT tertinggi pada sektor Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya (SBT 81,13%), Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (SBT 62,53%), dan Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi (SBT 58,06%). Sementara itu, beberapa sektor mengalami penurunan penyaluran kredit baru, yaitu sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan (SBT -16,56%) dan Jasa Perorangan (SBT -10,14%). (red)