Calon Kepala Daerah di Pilkada 2024, Ibarat Mendorong Mobil Mogok
BANTEN – Pemilih di Pilkada 2024 mengibaratkan calon kepala daerah (cakada) seperti mobil mogok yang setelah didorong lalu lupa ketika terpilih.
Salah satu ungkapan tersebut diutarakan oleh salah satu Warga Cimuncang Cilik, Kecamatan Serang, Suhatma (52) yang sehari-hari bekerja sebagai pencari barang bekas. Menurutnya, saat ini para cakada sibuk mengutarakan janji manis ketika kampanye.
“Kalau masalah janji-janji (paslon) mah udah lumrah lah itu pasti ada. Kalau realisasi ya jauh. (Ibaratnya) setelah kita ngedorong mobil mogok setelah berjalan kita ditinggalin kan gitu,” kata Suhatma seraya tertawa di sekitar kawasan Royal, Kota Serang, (14/10/2024).
Suhatma mengaku kalau keluarganya tidak pernah mendapatkan bantuan apa-apa dari pemerintah daerah. Ia bertahan hidup sehari-hari mengandalkan dari barang bekas yang ia jual. Menurutnya berharap pada calon kepala daerah bukanlah jalan untuk merubah suratan takdir.
Suhatma merupakan Warga Cimuncang Cilik, Kecamatan Serang. kit bercerita tentang kesehariannya. Apabila penghasilan sedang banyak, ia bisa mendapatkan uang sekitar Rp50 ribu.
“Saya juga dulu sebetulnya sempat kuliah terus ngajar. Abis itu ya gini aja (ngambilin barang bekas),” katanya.
Lihat juga Ini Jadwal Debat Calon Walikoya Serang, Panelisnya 5 Orang
Suhatma juga mengatakan, pemilihan umum, baik presiden atau kepala daerah hanyalah kegiatan rutin 5 tahun sekali.
Di tempat berbeda, di sekitar Alun-alun Barat Kota Serang, seorang pengayuh becak, Muhammad Udin (70), warga Kelurahan Sepang, Kecamatan Taktakan mengaku belum mengetahui hari pemungutan suara Pilkada 2024.
Udin juga mengaku belum mengetahui jika saat ini sedang masa kampanye Pilkada. Ia hanya mengetahui bahwa jalanan Kota Serang dipenuhi baliho yang terpajang di tiap sudut kota.
“Belum tau siapa siapa aja calonnya,” kata Udin.
Menurut Udin, dari pemilihan ke pemilihan merasa tidak ada perubahan yang signifikan. Kesejahteraan yang dijanjikan oleh para calon seperti dongeng belaka.
“Seumur-umur gapernah (dapet bantuan), sumpah saya. Cuma ngandelin ngebecak aja,” tuturnya.
Udin juga mengatakan, ketika masa kampanye dirinya bersama pengayuh becak lainnya hanya dimanfaatkan sebagai massa kampanye. Sebagai pengayuh becak, ia hanya berharap agar dipermudah mencari nafkah.
“Cuma pengen bisa makan terus aja ga susah gini. Tiap abis pemilihan bangunan (infrastruktur) mah berubah, tapi saya gini-gini aja,” harapnya.
Sebagai pengayuh becak, kata Udin, ia seringkali tidak mendapatkan penghasilan. Bahkan, ia tidak pulang ke rumahnya selama 3 hari karena tidak mendapatkan uang sepeserpun. (ukt)