Banten

Curug Cimanggung Pandeglang: Pesona Air Terjun dengan Areal Bebatuan Raksasa

Udara sejuk saat pagi hari pukul 08.15 WIB di Kabupaten Pandeglang, (26/01/2025) mengiringi perjalanan kami bertujuh menuju Curug Cimanggung yang berada di Desa Cinoyong, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kami berangkat menuju Curug Cimanggung setelah bermalam di rumah salah satu teman kami yang ada di Kecamatan Carita.

Kami bertujuh berangkat menuju Curug Cimanggung mengendarai 4 unit sepeda motor. Perjalanan menuju curug memakan waktu setidaknya hampir satu jam dengan mengendarai sepeda motor. Setelah melewati jalanan Desa Sukanagara, perjalanan kami mulai memacu adrenalin, karena mulai menghadapi banyak jalan rusak dan tanjakan. Bahkan 3 teman kami yang dibonceng yakni Oky Andriyanto, Desi, dan Anggita harus turun dari sepeda motor karena kondisi tanjakan lumayan esktrem.

Lihat juga Anggota DPR asal Banten, Edison Sitorus: Pagar Laut Ganggu Nelayan, Bukti Mafia Tanah di Wilayah Pesisir

Tanjakan pertama yang cukup tinggi dan memacu adrenalin adalah Tanjakan Batuku di Desa Kawoyang. Dengan kondisi jalan beton yang sudah banyak mengelupas, para pengendara harus mengendarai sepeda motornya dengan hati-hati agar tetap bisa melewati tanjakan tersebut.

“Huh belum nyampe curug ini (udah jalan kaki nanjak). Mantap perjalanan,” kata Oky saat terpaksa turun dari atas sepeda motor ketika melewati Tanjakan Batuku.

Setelah melewati Tanjakan Batuku, barulah kami melewati jalan selanjutnya dengan lebih ekstra hati-hati. Sepeda motor yang kami kendarai tidak bisa dipacu lebih dari 20-40 KM/jam. Karena kondisi jalan yang masih berbatu dan tak jarang ada pula jalan yang masih tanah merah.

Tak pernah terbayangkan dalam benak kami, saat usia kemerdekaan Indonesia hampir 100 tahun, ternyata masih banyak warga yang tidak bisa menikmati akses infrastruktur yang memadai. Saat dalam perjalanan, kami membayangkan bagaimana pasien kritis atau ibu hamil yang harus segera dilarikan ke Rumah Sakit tapi dengan kondisi jalan berbatu dan beralaskan tanah merah.

Baiklah kembali ke rute kami yang hendak Menuju Curug Cimanggung. Akhirnya kami tiba di lokasi parkir menuju curug pada pukul 09.03 WIB. Pengunjung harus membayar parkir sebesar Rp10 ribu per sepeda motor, sedangkan untuk tiket masuknya, pengunjung harus membayar Rp10 ribu per orang.

Pengunjung diharuskan berjalan kaki dari parkiran menuju lokasi Curug Cimanggung sekitar 30 menit. Kami semua harus melewati area persawahan dan perkebunan milik warga dengan kondisi tanah yang becek karena kemungkinan turun hujan pada malam harinya. Tak jarang, salah satu diantara kami bertujuh terpleset karena tanah yang licin.

“Ini masih jauh enggak,” kata Oky.

Pada akhirnya kami sampai juga di lokasi Curug Cimanggung, tak ada pengunjung lain yang berwisata ke Curug Cimanggung saat kami tiba di lokasi. Jadilah hanya kami bertujuh yang berada di lokasi tersebut. Meskipun perjalannya cukup memacu adrenalin, semuanya terbayarkan saat tiba di Curug Cimanggung. Curug Cimanggung memiliki air terjun setinggi sekitar 50 meter.

“Indah banget, tempatnya masih asri,” kata Anggita.

Selain pesona menawan dari air terjun setinggi sekitar 50 meter tersebut, bebatuan besar di lokasi juga sangat membuat kami takjub. Sungguh besar kuasa tuhan, bebatuan yang berada di lokasi bisa sebesar rumah KPR Tipe 36. Tak hanya berfoto, kami juga menyempatkan diri untuk mandi di bawah air terjun. Sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang. (ukt)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button