Banten

Nasib Nelayan Karangantu Kala Kemarau : Ikan Sulit, Hati Menjerit

Menjelang senja, para nelayan karangantu mulai sibuk dengan perahunya. Ada yang menyiapkan keperluan melaut atau sekadar membersihkan perahu yang bersandar di pelabuhan.

Kemarau panjang yang melanda selama 4 bulan membuat nasib nelayan tak menentu. Hasil tangkapan ikan menurun drastis.

Kondisi itu dialami Hajiji (40), nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Kota Serang-Banten.

Para nelayan yang tidak melaut terpaksa mencari pekerjaan sampingan agar tetap bisa menafkahi kebutuhan anak dan istrinya.

Mengenakan kaos lengan pendek berwarna abu-abu kusam dan celana pendek, Hajiji (40), duduk di perahu yang ia sandarkan di PPN Karangantu.

“Ya kalau nelayan paling beres-beres perahu, kalau ada kerjaan lain ya kerjaan lain. Ya namanya juga buat nafkah anak dan istri,” katanya, Senin, (09/10/2023).

Lihat juga Warga Terdampak Normalisasi Sungai Cibanten Kota Serang, Cuma Dapat Kompensasi Rp2,5 Juta

Kala kemarau melanda, penghasilan Hajiji menurun drastis dari biasanya. Hajiji yang biasa melaut 2 hari sekali saat ini hanya bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan 20-50 kilogram.

Sebelum kemarau, dalam sekali melaut dirinya bisa membawa tangkapan hasil melaut hingga 200 kilogram.

“Nelayan sekarang ini lagi menjerit, selama kemarau ini berkepanjangan nelayan agak sulit mencari ikan. Kalau lagi baik bisa dapet 1-2 kwintal dalam sekali melaut,” ungkapnya.

Hajiji menggunakan perahu kecil dengan alat tangkap jaring rampus yang rata-rata tangkapannya adalah Ikan Kembung, Tenggiri, Cakalang, dan ikan-ikan lainnya.

Dalam satu kali pemberangkatan, ia bersama 4 anak buah kapal (ABK) harus merogoh kocek sebesar Rp1 juta untuk keperluan bahan bakar dan perbekalan selama melaut.

“Buat transportasi aja nggak kebayar, modal berangkat Rp1jt habis 2 hari. Kalau cuma dapat 20-50 kilogram nggak ketutup. Coba 50 kali Rp20.000, itumah cuma buat keperluan tadi, sekarang-sekarang ini lagi susah,” keluhnya.

Kapal yang biasa digunakan Hajiji berlayar mengarungi lautan bukanlah kapal milik pribadinya, melainkan milik pemodal yang mempercayakan kepada Hajiji untuk merawat kapalnya dengan sistem bagi hasil. (ukt)


Discover more from banteninside

Subscribe to get the latest posts to your email.

Back to top button