Banten

Walhi Soroti Bencana Longsor di Padarincang

BANTEN – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) turut menyoroti kejadian longsor di beberapa wilayah di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Terlebih, ada satu titik longsor yang berada di bekas akses geotermal.

Direktur Eksekutif WALHI, Suci Fitria Tanjung mengatakan, apabila di suatu wilayah terdapat rencana pembangunan geotermal, jika telah memasuki tahap eksplorasi atau hanya sekedar membuka lahan untuk keperluan eksplorasi tetap akan memiliki dampak terhadap lingkungan sekitar.

“Kalau dilihat dari longsorannya, pasti (geotermal) punya kontribusi. Kita tau hukum alam itu kan sederhana,” katanya usai diskusi di salah satu cafe di Kota Serang, Sabtu malam, (16/03/2025).

Menurut Suci, sangat tidak mungkin longsor terjadi apabila kondisi alamnya masih alami. Karena apabila vegetasinya masih bagus, maka air hujan akan langsung terserap oleh tanah.

Lihat juga Jalan Raya Padarincang-Cinangka Lumpuh, Akibat Longsor di Padarincang

Dikatakan Suci, longsor merupakan salah satu dampak awal dari geotermal. Apabila tetap dilanjutkan, geotermal juga akan merusak sumber air dan ekosistem yang ada di Padarincang.

“Pantauan kita secara jalur itu (longsor) kami merasa itu punya sangkutan (geotermal),” ungkapnya.

Suci menjelaskan, walaupun saat longsor tidak ada korban jiwa, kejadian ini seharusnya menjadi kesiapsiagaan bagi masyarakat untuk tetap menolak geotermal.

“Ini dalah momen untuk memikirkan ulang, kita berharap bisa membuka mata orang-orang yang mungkin masih berada di zona abu-abu, mau terima atau tidak (proyek geotermal),” katanya.

Diketahui sebelumnya, Pemerintah daerah (Pemda) kabupaten Serang menyebut tidak ada andil bekas galian Geotermal pada peristiwa longsor yang terjadi di lima titik di Padarincang, termasuk bekas akses pintu alternatif proyek geotermal yang menjadi titik longsor terparah.

Suci juga mengatakan, pemerintah yang selalu menarasikan hujan sebagai penyebab longsor adalah bentuk lepas tangan pemerintah. Padahal ada penyebab lain yang seharusnya menjadi perhatian.

“Kita harus luruskan logika pemerintah, ini bukan salah hujannya, tetapi penampung air hujan itu sudah kehilangan daya tampungnya, maka yang harus dilakukan adalah harus dipulihkan,” tegasnya. (ukt)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button