Penjualan Atribut Kampanye Pemilu 2024 Turun Drastis
JAKARTA – Masa kampanye pemilihan umum banyak ditunggu para pelaku usaha konveksi dan sablon yang biasanya menerima pemesanan dan pembelian atribut kampanye. Namun, untuk Pemilu 2024, manisnya pesta demokrasi tak banyak dapat dinikmati para pelaku usaha ini, terutama kalangan usaha mikro kecil menegah (UMKM).
Dalam siaran pers yang diunggal di situs kemenkopukm.go.id, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Bandung (IPKB) Nandi Herdiaman mengatakan, umumnya musim kampanye Pemilu menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Lantaran, pembuatan segala atribut kampanye dikerjakan oleh pelaku UKM.
“Sampai saat ini memang ada, bukan tidak ada, ada (pemesanan) tapi masih kurang. Dulu saat musim kampanye tahun 2019, tiga bulan sebelumnya sudah ada order dari 4 juta sampai 15 juta hanya dari partai. Sekarang, jutaan itu enggak sampai. Hanya puluhan ribu saja itu pun bukan dari partai hanya dari caleg,” katanya.
Biasanya, kata Nandi, kampanye yang juga banyak didukung tim sukses pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, ikut memesan atribut. “Mereka membuat pesanan tetapi dadakan dan tidak dalam jumlah besar, waktunya pun mepet,” ujarnya. “Penjualan kami turun drastis hingga 70 persen dibanding Pemilu 2019,” imbuh Nandi.
Lihat juga Ini Indikator Pendukung Capaian Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023
Untuk menunjang penjualan, Nandi menerangkan, IPKB telah membantu mendorong penjualan sejak enam bulan terakhir dengan membekali para anggota atau penjual yang tergabung dalam IKM untuk berjualan secara online.
Pihaknya juga telah menggandeng marketplace, seperti Shopee untuk membantu para pelaku konveksi bisa tetap berjualan online. “Ini upaya kami agar tetap bertahan di era digitalisasi saat ini,” kata Nandi.
Belum Berdampak Signifikan
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius, dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (08/01/2024) lalu mengatakan, meski sudah masa kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, namun pihaknya mencatat belum ada dampak signifikan yang dirasakan para pelaku UMKM, khususnya bagi sebagian besar pelaku UMKM bidang usaha konveksi dan sablon yang memproduksi dan menjual produk atau alat peraga kampanye.
Diungkapkan, para pedagang konveksi di Pasar Tanah Abang dan PD Jaya Pasar Senen Jakarta justru mengaku mengalami penurunan penjualan produk UMKM untuk kampanye dibandingkan dengan periode Pemilu 2019.
Penurunanya, kata Yulius, dari 40 hingga 90 persen jelang Pemilu 2024 jika dibandingkan dengan Pemilu 2019.
Dia menduga, beberapa kemungkinan penyebabnya, yakni, pemesanan produk untuk kampanye langsung melalui pelaku usaha mitra dari partai sesuai daerah pemilihan (Dapil), jangka waktu kampanye Pemilu yang singkat atau 2,5 bulan sedangkan periode Pemilu sebelumnya 6 bulan.
“Ketiga, harga penjualan produk untuk kampanye secara online lebih murah. Keempat, tren kampanye yang dilakukan secara online melalui media sosial. Dan terakhir, peserta Pemilu lebih memilih untuk membagikan sembako dibandingkan membagikan kaos,” beber Yulius.
Beberapa hal yang akan dilakukan Pemerintah, katanya, berupaya mendorong partai politik atau calon legislatif yang memiliki ruang lingkup bisnis produk untuk kampanye agar dapat melibatkan pelaku UMKM dalam rantai pasok bisnisnya. (red)