Banten

Tak Masuk Data Penerima Subsisi Pupuk, Petani di Desa Tirem Kabupaten Serang Ngadu ke Kades

BANTEN – Sejumlah Petani di Desa Tirem, Kecamatan Lebak Wangi, Kabupaten Serang mengaku kesulitan dapatkan pupuk subsidi. Akibatnya mereka harus membeli pupuk nonsubsidi yang harganya jauh lebih mahal.

Para petani di Desa Tirem berkumpul di Rumah Kepala Desa Tirem, Senin (29/01/2024) sore. Sekira 50 petani di desa tersebut membahas nasib para Petani yang namanya tidak tercantum sebagai penerima pupuk subsidi. Turut Hadir dalam musyawarah tersebut Kepala Desa Tirem Wakedah, penjual pupuk bernama Makmur, Ketua kelompok tani, serta RT dan RW di Desa Tirem.

Para Petani yang tidak mendapatkan pupuk subsidi mendesak agar mereka bisa membeli pupuk subsidi karena harganya lebih murah ketimbang pupuk non subsidi. Para petani juga meminta agar petani yang ada di Desa Tirem didata ulang oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Makmur, penjual pupuk yang hadir dalam musyawarah tersebut memberikan penjelasan bahwa penjual pupuk mendapatkan data petani penerima pupuk subsidi dari Dinas Pertanian yang telah didata oleh PPL, sehingga ia hanya memberikan pupuk subsidi kepada yang namanya ada dalam data tersebut.

LIhat juga Tempat Hiburan Malam di Kota Serang Disegel

Sementara itu, Maksum, salah satu Petani di Desa Tirem yang tidak mendapatkan pupuk subsidi  mengaku kesulitan mendapatkan pupuk subsidi dan terpaksa membeli pupuk di toko pertanian dengan harga yang mahal.

Maksum mengungkapkan, petani yang bisa mendapatkan pupuk subsidi adalah para petani yang telah terdata oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) melalui kelompok tani. Sedangkan namanya tidak ikut terdata oleh PPL dan ia tidak mengetahui kapan proses pendataan para petani dilakukan.

“Nggak ada datanya, harusnya kan dapet (pupuk subsidi-red). Berhubung pendataannya kurang detail dari kelompok taninya jadi nggak dapet,” kata Maksum kepada banteninside.co.id setelah musyawarah di Rumah Kepala Desa Tirem.

Maksum mengaku menggarap sawah seluas 20.000 meter persegi (2 hektare). Ia terpaksa membeli pupuk nonsubsidi seharga Rp235.000 untuk satu karung ukuran 25 kilogram. Sedangkan harga pupuk subsidi hanya Rp135.000 untuk satu karung ukuran 50 kilogram.

“Dua hektare nggak dapet karena gak ada datanya. Kita dianjurinnya beli ke toko pertanian membeli pupuk non subsidi yang mahal itu,” keluh Maksum.

Dia menyebutkan, rata-rata petani di desanya hanya mendapatkan pupuk subsidi antara 7-45 kilogram tergantung luas Sawah yang digarapnya. Menurutnya, hal itu terjadi karena kesalahan pendataan yang seharusnya luas sawah 1 hektare ditulis 1.000 meter persegi, sehingga hanya mendapatkan pupuk subsidi 7 kilogram.

“Pengennya saya satu supaya ada titik terang biar pupuk ini mudah. Petani itu ngeluh, pupuknya kemahalan,” jelasnya.

Maksum berharap para Petani lebih diperhatikan oleh pemerintah, karena jika pupuk mahal maka para petani akan kesulitan dalam menanam padi.

Senada dengan Maksum, Rais juga mengaku tidak mendapatkan pupuk subsidi, sehingga untuk memupuk padi harus membeli pupuk nonsubsidi.

“25 kilonya Rp235.000 , itu pupuk mahal kalau yang non subsidi,” sebutnya.

Rais berharap kebutuhan pupuk subsidi bisa lebih mudah karena sangat membantu para Petani. (ukt)


Discover more from banteninside

Subscribe to get the latest posts to your email.

Leave a Reply

Back to top button